Archive for Desember 2013
15 Des 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam perkembangan remaja selalu
disertai dengan keinginan untuk mengetahui lebih lanjut tentang seks. Hal ini
disebabkan karena pertumbuhan kelenjar-kelenjar seks bagi remaja, merupakan
bagian integral dari pertumbuhan dan perkembangan jasmani secara menyeluruh.
Akan tetapi, banyak remaja yang mensalah gunakan perkembangan tersebut ke jalan
yang tidak semestinya, sehingga banyak kasus free sex dalam pergaulan
bebas remaja yang terkadang timbul perkelahian, bunuh diri dan sebagainya
terhadap hal tersebut. Apa lagi hal ini di dukung dengan adanya kemajuan
teknologi informasi yang membuat orang bisa berkomunikasi dari mana saja dan
informasi dapat tersebar dengan sangat cepat. Selain itu teknologi informasi
juga membawa dampak negatif pada jenis informasi yang berisi pornografi yang
mendorong banyak pihak untuk melakukan kemaksiatan. Saat ini, melalui situs
internet atau VCD porno, orang dengan mudah dapat mengakses hal-hal yang dulu
sangat sulit didapat, termasuk pada para remaja yang belum memiliki nilai agama
dan moralitas yang kokoh sehingga mereka cenderung ingin mencoba apa yang
dilihatnya.
Pada masa sekarang
akibat kurangnya anggota masyarakat mendapat pendidikan seks, mengakibatkan
mereka melakukan seks bebas (free sex) yang akibatnya banyak penyakit yang
tidak ada obatnya. Misalnya penyakit herpes yang dulu dikenal sebagai penyakit
kotor pada orang miskin saja. Akan tetapi yang sekarang dikenal dengan
pergaulan free sex. Herpes menyalar melalui ciuman, berpegangan dan permainan
alat kelamin bersama dan persetubuhan. Terdapat gatal-gatal pada pinggang
sampai saat ini belum ada obatnya. Selanjutnya, dari hasil penelitian, tercatat
bahwa sekitar 20 % pelaku aborsi di Indonesia berasal dari kelompok remaja.
Bahkan yang lebih tragis lagi, jumlah pelaku aborsi ini semakin meningkat dari
tahun ketahun. Dan bahkan jumlah korban aborsi yang meninggal dunia pun juga
kian memperlihatkan grafik menanjak setiap tahunnya. Hal ini menandakan bahwa,
gaya berpacaran dan prilaku hidup seks bebas dikalangan remaja saat ini sudah
masuk ketahap amat memprihatinkan.
Cukup banyak faktor yang
mendorong para remaja melakukan hal itu yang jelas-jelas bertentangan dengan
etika dan norma-norma terlebih agama. Maka salah satu faktornya ialah telah
kian merasuknya budaya asing atau galaknya westternisasi mempengaruhi budaya
timur yang selama ini sangat menjunjung tinggi nilai adab dan kesopanan serta
menghormati nilai-nilai dan norma-norma adat dan agama. Yang sangat menyedihkan
lagi menurut penulis ialah orang tua malah ikut-ikutan pula dengan cara
mentolerir anak-anaknya untuk bergaul dengan teman lawan jenisnya dengan
mengatakan “mau bagaimana lagi sudah perkembangan zaman”. Padahal perkembangan
zaman tidak mesti harus 100 % untuk di ikuti, tetapi harus ada
pemilahan-pemilahan atau penyaringan-penyaringan yang harus dilakukan oleh
seorang anak serta orang tua.
Pendidikan seks bagi
remaja sering kali dianggap sebagai sesuatu yang tabu, terutama di negara
dengan budaya timur seperti Indonesia. Pengetahuan mengenai masalah seks yang
seharusnya bersumber dari orang tua, tidak tersampaikan dengan baik. Akibatnya,
banyak remaja yang notabene sedang mengalami baik perubahan fisik maupun hormon
berusaha mencari tahu sendiri melalui berbagai sumber. Sayangnya, sebagian
besar remaja memilih sumber informasi yang salah dan kurang bisa
dipertanggungjawabkan, seperti internet dan media-media porno yang saat ini
mudah diakses. Hal tersebut menyebabkan informasi serta interpretasi yang
didapat seringkali salah, tidak tepat sasaran, bahkan berakibat buruk.
Ketidaktahuan remaja
mengenai seks akan menggiring mereka kepada perasaan ingin mencoba-coba hal
baru. Oleh karena itu, pendidikan seks sangat penting untuk diberikan,
mengingat pada saat remaja terjadi proses puberitas sehingga mereka mengalami
dorongan seks yang dipengaruhi hormon yang sedang meledak-ledak. Jika
pendidikan seks tidak diberikan saat anak menginjak masa remaja, maka akan
berdampak negatif, tidak hanya kurang pahamnya mereka mengenai dampak dari
perilaku seks yang mereka lakukan, namun juga tidak siapnya mereka menanggup
akibat dari kegiatan seks tersebut. Remaja yang hamil di luar nikah, tingkat
aborsi yang tinggi, serta penyakit kelamin merupakan akibat dari kurangnya
pendidikan seks bagi remaja.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah
pengertian pendidikan seks. Selain itu juga tentang pentingnya pendidikan seks yang di kalangan remaja dan hukum
islamnya.
1.3 Tujuan
Pembuatan makalah
dimaksudkan untuk memberikan informasi serta penjelasan kepada pembaca mengenai
hal-hal berikut :
a.
Apa
pengertian pendidikan seks.
b.
Pentingnya
pendidikan seks di kalangan remaja dan hukum islamnya.
c.
Mengapa
pendidikan seks itu penting.
1.4 Manfaat
Makalah ini dibuat
dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang membacanya,
khususnya :
a)
Penulis, penulis mendapatkan banyak pengetahuan selama
proses pembuatan makalah ini dan diharapkan penulis dapat membuat makalah yang
lebih baik lagi di waktu yang akan datang.
b)
Orang tua, orang tua diharapkan
dapat menyadari perannya sebagai pengajar dan pendidik dirumah dan seberapa
besar pengaruh lingkungan keluarga terhadap
pendidikan seks.
c)
Mahasiswa, mahasiswa diharapkan dapat mendapatkan
banyak pengetahuan dari makalah ini sehingga busa memahami maksud dari materi
yang di sampaikan.
d)
Dosen, dosen diharapkan dapat lebih sabar, ulet, serta disiplin dalam membimbing
mahasiswanya,
karena dosen
sangat berperan dalam proses pembelajaran
mengenai materi ini sehingga tidak adanya kekeliruan dan penyampaian dan
pembuatan makalah ini.
1.5 Metode Penelitian
Metode pengumpulan
data yang digunakan dalam pembuatan makalah ini, yaitu : Studi pustaka,
yaitu dengan mengambil data dari internet untuk mendapatkan informasi dan data
yang relevan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Pendidikan Seks (Sex Education)
Pendidikan seks (sex
education) adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang
jelas dan benar. Informasi itu meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan
sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspek-aspek
kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan
Pendapat lain mengatakan
bahwa Pendidikan Seks (sex education) adalah suatu pengetahuan yang kita
ajarkan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin. Ini
mencakup mulai dari pertumbuhan jenis kelamin (Laki-laki atau wanita).
Bagaimana fungsi kelamin sebagai alat reproduksi. Bagaimana perkembangan alat
kelamin itu pada wanita dan pada laki-laki. Tentang menstruasi, mimpi basah dan
sebagainya, sampai kepada timbulnya birahi karena adanya perubahan pada
hormon-hormon. Termasuk nantinya masalah perkawinan, kehamilan dan sebagainya.
Menurut
Dr.Abdullah Nashih Ulwan, pendidikan seks adalah upaya pengajaran, penyadaran,
dan penerangan tentang masalah-masalah seksual yang diberikan kepada anak sejak
ia mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan seks, naluri,dan perkawinan.
2.2 Tujuan pendidikan seks
1. Tujuan pendidikan seks :
Pendidikan
seks dapat diartikan sebagai penerangan tentang anatomi, fisiologi seks
manusia, dan bahaya penyakit kelamin.
Pendidikan
seks adalah membimbing serta mengasuh seseorang agar mengerti tentang arti,
fungsi, dan tujuan seks sehingga ia dapat menyalurkan secara baik, benar, dan
legal.
Pendidikan
seks dapat di bedakan antara seks instruction dan education in sexuality.
Yaitu:
1) Sex Intruction ialah penerangan
mengenai anatomi seperti pertumbuhan rambut pada ketiak, dan mengenai biologi
dari repoduksi, yaitu proses berkembang biak melalui hubungan untuk
mempertahankan jenisnya termasuk didalamnya pembinaan keluarga dan metode
kontrasepsi dalam mencegah terjadinya kehamilan.
2) Education in sexuality meliputi bidang –
bidang etika, moral, fisiologi, ekonomi, dan pengetahuan lainnya yang di
butuhkan agar seseorang dapat memahami dirinya sendiri sebagai individual
sexual serta mengadakan interpersonal yang baik.
Tujuan
pendidikan seks secara umum, yakni sesuai dengan kesepakatan
internasional ”Conference Of Sex Education And Family Panning” pada tahun 1962,
adalah untuk menghasilkan manusia dewasa yang dapat menjalankan kehidupan yang
bahagia serta tanggung jawab terhadap dirinya dan terhadap orang lain.
Tujuan
pendidikan seks menurut The Sex Information and Education Council The United
States (SIECUS) (dalam Subiyanto, 1996:79) sebagai berikut :
·
Memberi
pengetahuan yang memadai kepada siswa mengenai diri siswa sehubungan dengan
kematangan fisik, mental dan emosional sehubungan dengan seks
·
Mengurangi
ketakutan dan kegelisahan sehubungan dengan terjadinya perkembangan serta
penyesuaian seksual pada anak
·
Mengembangkan
sikap objektif dan penuh pengertian tentang seks
·
Menanamkan
pengertian tentang pentingnya nilai moral sebagai dasar mengambil keputusan
·
Memberikan
cukup pengetahuan tentang penyimpangan dan penyalahgunaan seks agar terhindar
dari hal-hal yang membahayakan fisik dan mental
·
Mendorong
anak untuk bersama-sama membina masyarakat bebas dari kebodohan
Kirby, Alter dan Scales
(dalam Bruess, 1981:207), tujuan pendidikan seks antara lain :
·
Memberikan
informasi yang akurat tentang seksualitas
·
Mengurangi
rasa takut dan kecemasan mengenai perkembangan seksual
·
Mendorong
lebih bertanggung jawab dan berhasil dalam membuat keputusan
·
Mengembangkan
ketrampilan untuk mengelola masalah-masalah seksual
·
Menciptakan
hubungan interpersonal yang memuaskan
·
Mengurangi
problem-problem seksual seperti penyakit menular seksual dan kehamilan yang
tidak dikehendaki.
Sciller (dalam Bruess, 1987:209)
menyebutkan tujuan pendidikan seks adalah :
·
Memberikan
informasi yang faktual seluruh aspek seksualitas dan perencanaan keluarga
·
Meningkatkan
pemahaman diri mengenai seksualitas sehingga menjadi percaya diri
·
Meningkatkan
pemahaman mengenai seks yang berlawanan jenis sehingga dapat meningkatkan
hubungan yang positif
·
Mengembangkan
seksualitas sebagai bagian dari kesehatan hidupnya
Tujuan
pendidikan seks dapat dirinci sebagai berikut : Membentuk pengertian tentang
perbedaan seks antara pria dan wanita dalam keluarga, pekerjaan, dan seluruh
kehidupan yang selalu berubah dan berbeda dalam tiap masyarakat dan kebudayaan,
membentuk pengertian tentang peranan seks dalam
kehidupan
manusia dan keluarga, mengembangkan pengertian diri sendiri sehubungan dengan
fungsi dan kebutuhan seks, dan membantu seseorang dalam mengembangkan
kepribadian sehingga mampu mengambil keputusan yang bertanggung jawab, yaitu :
a. Memberikan pengertian yang memadai
mengenai perubahan fisik, mental dan proses kematangan emosional yang berkaitan
dengan masalah seksual pada remaja.
b. Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan
perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan tanggungjawab)
c. Membentuk sikap dan memberikan
pengertian terhadap seks dalam semua manifestasi yang bervariasi
d. Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia
dapat membawa kepuasan pada kedua individu dan kehidupan keluarga.
e. Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral
yang esensial untuk memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan
berhubungan dengan perilaku seksual.
f. Memberikan pengetahuan tentang
kesalahan dan penyimpangan seksual agar individu dapat menjaga diri dan melawan
eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya.
g. Untuk mengurangi prostitusi,
ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional dan eksplorasi seks yang
berlebihan.
h. Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat
individu melakukan aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai
peran, misalnya sebagai istri atau suami, orangtua, anggota masyarakat.
Dalam membicarakan masalah seksual adalah yang sifatnya sangat pribadi
dan membutuhkan suasana yang akrab, terbuka dari hati ke hati antara orangtua dan
anak. Hal ini akan lebih mudah diciptakan antara ibu dengan anak perempuannya
atau bapak dengan anak laki-lakinya, sekalipun tidak ditutup kemungkinan dapat
terwujud bila dilakukan antara ibu dengan anak laki-lakinya atau bapak dengan
anak perempuannya.
1) Usahakan jangan sampai muncul keluhan seperti tidak
tahu harus mulai dari mana, kekakuan, kebingungan dan kehabisan bahan
pembicaraan.
2) Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan
terlihat ragu-ragu atau malu.
3) Isi uraian yang disampaikan harus objektif, namun
jangan menerangkan yang tidak-tidak, seolah-olah bertujuan agar anak tidak akan
bertanya lagi.
4) Dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus
disesuaikan dengan kebutuhan dan dengan tahap perkembangan anak. Terhadap anak
umur 9 atau 10 tahun belum perlu menerangkan secara lengkap mengenai
perilaku atau tindakan dalam hubungan kelamin, karena perkembangan dari seluruh
aspek kepribadiannya memang belum mencapai tahap kematangan untuk dapat
menyerap uraian yang mendalam mengenai masalah tersebut.
5) Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi,
karena luas sempitnya pengetahuan dengan cepat lambatnya tahap-tahap
perkembangan tidak sama buat setiap anak. Dengan pendekatan pribadi maka cara
dan isi uraian dapat disesuaikan dengan keadaan khusus anak.
6) Usahakan melaksanakan pendidikan seksual perlu
diulang-ulang (repetitif) selain itu juga perlu untuk mengetahui seberapa jauh
sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh anak, juga perlu untuk mengingatkan
dan memperkuat (reinforcement) apa yang telah diketahui agar benar-benar
menjadi bagian dari pengetahuannya.
Pendidikan seks di
sekolah-sekolah sedang diberikan untuk memberi informasi siswa tentang masalah
yang berkaitan dengan seks. Hal ini dianggap penting bagi masyarakat bahwa
siswa memahami informasi yang tepat tentang seks, praktek seksual, pelecehan
seksual anak dan penyakit menular seksual. Namun, seperti semua ideologi,
pendidikan seks di sekolah juga memiliki pro dan kontra.
2.3 Pentingnya Pendidikan Seks (Sex Education)
Bagi Remaja
Ada beberapa hal
mengenai Pentingnya Pendidikan Seks bagi Remaja, diantaranya yaitu:
1.
Untuk mengetahui
informasi seksual bagi remaja
2.
Memiliki kesadaran akan
pentingnya memahami masalah seksualitas
3.
Memiliki kesadaran akan
fungsi-fungsi seksualnya
4.
Memahami
masalah-masalah seksualitas remaja
5.
Memahami faktor-faktor
yang menyebabkan timbulnya masalah-masalah seksualitas
Selain itu ada dua faktor
mengapa pendidikan seks (sex education) sangat penting bagi remaja. Faktor
pertama adalah di mana anak-anak tumbuh menjadi remaja, mereka belum paham
dengan sex education, sebab orang tua masih menganggap bahwa membicarakan
mengenai seks adahal hal yang tabu. Sehingga dari ketidak fahaman tersebut para
remaja merasa tidak bertanggung jawab dengan seks atau kesehatan anatomi
reproduksinya.
Faktor kedua, dari
ketidak pahaman remaja tentang seks dan kesehatan anatomi reproduksi mereka, di
lingkungan sosial masyarakat, hal ini ditawarkan hanya sebatas komoditi,
seperti media-media yang menyajikan hal-hal yang bersifat pornografi, antara
lain, VCD, majalah, internet, bahkan tayangan televisi pun saat ini sudah
mengarah kepada hal yang seperti itu. Dampak dari ketidakfahaman remaja tentang
sex education ini, banyak hal-hal negatif terjadi, seperti tingginya hubungan
seks di luar nikah, kehamilan yang tidak diinginkan, penularan virus HIV dan
sebagainya.
Mungkin kita baru
menyadari betapa pentingnya pendidikan seks karena banyak kasus pergaulan bebas
muncul di kalangan remaja dewasa ini. Kalau kita berbicara tentang pergaulan
bebas, hal ini sebenarnya sudah muncul dari dulu, hanya saja sekarang ini
terlihat semakin parah. Pergaulan bebas remaja ini bisa juga karena dipicu
dengan semakin canggihnya kemajuan teknologi, juga sekaligus dari faktor
perekonomian global. Namun hanya menyalahkan itu semua juga
bukanlah hal yang tepat
2.4 Pendidikan Seks Dalam Islam
Dalam Islam, seks
bukanlah ciptaan setan. Seks juga buka sesuatu yang kotor, jahat, atau pun yang
harus dihindari, apapun bentuknya. Seks adalah karunia dan rahmat dari Tuhan
dan merupakan gambaran dan kenikmatan surgawi yang akan tiba. Sek adalah aspek
yang sangat penting dari perilaku manusia. Semua manusia memiliki tiga aspek
sisi kepribadian, yaitu agama, intelektual dan fisik, serta memiliki gairah
untuk memuaskan ketiganya. Islam menganjurkan bahwa ketiga aspek tersebut harus
dipenuhi dengan cara yang suci dan sehat, tanpa berlebihan, tanpa tekanan, dan
tanpa penderitaan, sesuai dengan perintah Kitab Suci.
Perlunya pendidikan seks
secara Islami dimaksudkan agar anak remaja dapat mengerti tentang seks yang
benar dan sesuai dengan landasan atau dasar agama. Tanpa ada landasan agama
yang kuat, generasi anak bangsa ini akan hancur terjerembab ke dalam kehinaan.
Padahal Islam sangat memperhatikan penyaluran hasrat seksual sesuai aturan dan
etika yang benar. Karena itu, Islam melalui syari'atnya mengajarkan pernikahan
sebagai pintu yang menyucikan hubungan seksual. Islam juga mengingatkan para
remaja agar menjauhi khalwat (berduaan dengan wanita atau laki-laki bukan
muhrimnya).
Allah menata gerakan dan
kecendrungan-kecendrungan jiwa manusia dalam fase-fase pertumbuhan emosional,
social, bahasa, moral, dan gerak. Begitu juga Allah menentukan langkah-langkah
detail untuk mengendalikan kecendrungan seksual pada setiap individu. Mengingat
betapa penting kecendrungan naluriah yang satu ini dalam perilaku kemanusiaan
yang terefleksikan darinya kami melihat pembuat syariat menetapkan aturan yang
begitu ketat. Barangkali hal ini kembali kepada kaitan kegiatan seksual dengan
kehormatan diri dan kehidupan suci dalam susunan tubuh manusia.
Tidak disangsikan lagi
bahwa islam tidak sekedar menganjurkan perbaikan prilaku seksual pada dunia
anak-anak, melainkan juga dalam kehidupan orang dewasa. Sebab jika seorang
pendidik muslim berhasil dalam menata kegiatan seksual pada orang dewasa (orang
tua), hal itu akan berpengaruh terhadap pendidikan seksual pada anak, di mana orang
tua khususnya mengajarkan pada anak sikap-sikap seksual yang aman atau sehat.
Dalam hal ini
islam mendeskripsikan bahwa pendidikan seks bagi anak yang mendasar adalah
perbaikan-perbaikan sikap bagi orang tua dalam melakukan hubungan seks, dengan
kata lain islam menganjurkan bagi orang tua untuk selalu memperhatikan
sekitarnya ketika hendak melakukan hubungan badan. Hal ini dapat dilihat dari
hadits nabi yang artinya “ Demi Tuhan yang diriku ada dalam genggaman-Nya, jika
seorang suami menggauli istrinya, sementara di rumah itu ada seorang anak kecil
yang terbangun sehingga melihat mereka, serta mendengar ucapan dan hembusan
nafas mereka, ia tidak akan mendapatkan keuntungan, jika anak itu baik
laki-laki maupun perempuan melainkan menjadi pezina.”
Dalam Islam, pendidikan
seks dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut ini sebagaimana yang
disampaikan oleh Nur Alim dalam “Pendidikan Seks Bagi Remaja Dalam Islam”
berikut ini:
1. Selalu menegakkan
tata aturan baik aturan agama maupun aturan dalam keluarga yang mengarah kepada
batas menutup aurat.
Remaja yang memiliki
iman yang kuat, memahami ajaran Islam secara sempurna akan memiliki budi
pekerti yang baik dan memiliki kemampuan untuk menghindari hal-hal yang
dilarang oleh Allah. Mereka selalu menjauhi jalan menuju kesesatan, karena
secara sadar takut akan siksa yang disebabkan perbuatan menyimpang tersebut.
Demikian juga aturan dalam keluarga, bahwa orang tua selalu mengajarkan agar
berpakaian yang rapi dan sopan sehingga tidak mengundang fitnah. Berpakaian
yang rapi dan sopan, dalam ajaran Islam telah dijelaskan yaitu agar
wanita-wanita menutup auratnya dengan menggunakan jilbab. Dengan memakai jilbab
akan menghindarkan diri dari fitnah dan dapat menjaga diri dari hal-hal yang
mengarah kepada perbuatan zina.
2. Anak selalu diberi
bimbingan tentang seks dan fungsinya, serta cara menanggulangi diri dari
penyimpangan seks yang dianggap tabu dan melanggar syariat Islam.
Pendidikan seks bagi
remaja, diberikan jika mereka benar-benar siap dan ingin mengetahui tentang
seks dan problematikanya. Oleh karena itu selain diberikan tentang pendidikan
seks dan fungsi reproduksi, juga diberikan upaya penanggulangan secara Islam,
yaitu menghindarkan diri dari segala sesuatu yang mengundang fitnah dan
kesesatan.
3. Selalu dibiasakan menjaga diri dalam keluarga,
sehingga mereka mampu memiliki iman yang kuat dan budi pekerti yang luhur.
Dalam hal ini peran
orang tua dituntut agar menjadi teladan yang baik bagi anggota keluarganya,
khususnya bagi anak-anaknya yang sedang menginjak remaja. Mereka harus selalu
diberi bimbingan tentang perilaku yang baik dan menghindarkan diri dari
perilaku yang tidak sopan dan mengarah kepada pergaulan bebas, karena hal itu
sangat dilarang oleh Islam.
4. Memberi pengetahuan dan bimbingan tentang perkembangan
biologisnya khususnya menyangkut seks dan auratnya yang sedang dialami
anak-anak mereka, sehingga anak-anak tersebut tidak akan mengalami salah pergaulan
yang mengarah kepada pelanggaran seksualitas.
Dengan pengetahuan
seperti ini, mereka akan semakin siap dan mampu menjaga diri serta memiliki
pengetahuan yang cukup untuk mempersiapkan diri menghadapi masa depan yang
cerah, khususnya persiapan untuk berumah tangga.
5. Selalu menanamkan
pemahaman bahwa dibolehkannya melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya
jika telah melaksanakan akad nikah atau perkawinan, karena hal ini memiliki
tujuan yang utama yaitu membentuk keluarga bahagia san sejahtera.
Dalam hal ini remaja
dibekali tentang larangan hubungan seks sebelum nikah, dan dibekali pula
kewajiban-kewajiban seorang wanita jika telah memiliki suami atau telah sah
menjadi suami istri.
6. Memberi penjelasan kepada anak usia remaja bahwa
pemenuhan hasrat seks tidak sekedar mendapatkan kesenangan saja, tetapi agar
ditanamkan pula bahwa seks merupakan kodrat Tuhan yang harus kita lakukan
dengan mengikuti aturan yang telah ditentukan agar tetap berada dalam jalan
kebenaran.
Hal ini juga sangat
relevan jika mereka dibekali pula tentang hidup berumah tangga yang baik dan
cara-cara membentuk sebuah rumah tangga yang bahagia dan terhidar dari segala
fitnah yang menyengsarakan.
Selain itu orang tua
juga dituntut untuk memberikan pengetahuan-pengatahuan tentang seks yang sesuai
dengan syariat. Serta mengajarkan hukum-hukum islam, dengan mengaitkan
perbuatan-perbuatan seks yang terlarang (haram) untuk dilakukan dan yang
diperbolehkan (halal). Dan yang lebih penting lagi adalah menanamkan jiwa
spiritual mereka kepada Allah Azza wazalla.
Orang tua adalah pihak
yang paling bertanggung jawab terhadap anak dalam masalah pendidikan, termasuk
pendidikan seks. Pokok-Pokok Pendidikan Seks Perspektif Islam Di antara
pokok-pokok pendidikan seks yang bersifat praktis, yang perlu diterapkan dan
diajarkan kepada anak sebagaimana yang dipaparkan oleh niken pratiwi dalam “Pendidikan seks Untuk Anak Dalam Islam”
(2011) adalah:
1. Menanamkan rasa
malu pada anak.
Rasa malu
harus ditanamkan kepada anak sejak awal lagi. Jangan biasakan anak-anak, walau
masih kecil, bertelanjang di depan orang lain; misalnya ketika keluar kamar
mandi, salin pakaian, dan sebagainya. Membiasakan anak perempuan sejak kecil
berbusana Muslimah menutup aurat juga penting untuk menanamkan rasa malu
sekaligus mengajari anak tentang auratnya.
2. Menanamkan jiwa
kelelakian pada anak lelaki dan jiwa keperempuan pada anak perempuan.
Secara fisik
maupun psikologis, lelaki dan perempuan mempunyai perbedaan yang diciptakan
oleh Allah. Adanya perbedaan ini bukan untuk saling merendahkan, namun
semata-mata karena fungsi yang berbeda yang kelak akan dimainkannya. Islam
menghendaki agar lelaki memiliki keperibadian maskulin, dan perempuan memiliki
keperibadian feminin. Islam tidak menghendaki wanita menyerupai lelaki, begitu
juga sebaliknya. Untuk itu, harus dibiasakan dari kecil anak-anak berpakaian
sesuai dengan jantinanya. Mereka juga harus dilayan sesuai dengan jantinanya.
Ibnu Abbas
ra. berkata: Rasulullah saw. melaknat laki-laki yang berlagak wanita dan wanita
yang berlagak meniru laki-laki. (HR al-Bukhari).
3. Memisahkan tempat
tidur mereka.
Usia antara
7-10 tahun merupakan usia saat anak mengalami perkembangan yang pesat. Anak
mulai melakukan eksplorasi ke dunia luar. Anak tidak hanya berfikir tentang
dirinya, tetapi juga mengenai sesuatu yang ada di luar dirinya. Pemisahan
tempat tidur merupakan cara untuk menanamkan kesadaran pada anak tentang
dirinya sebagai entiti yang berlainan dan disamping melatihnya berdikari. Pemisahan
tempat tidur juga dilakukan terhadap anak dengan kakak atau adik
perempuannya, supaya dia menyadari tentang perbedaan dirinya
4. Mengenalkan waktu
berkunjung (meminta izin dalam 3 waktu).
Tiga
ketentuan waktu yang tidak diperbolehkan anak-anak untuk memasuki ruangan
(kamar) orang dewasa kecuali meminta izin terlebih dulu adalah: sebelum solat
subuh, tengah hari, dan setelah solat isya. Aturan ini ditetapkan mengingat di
antara ketiga waktu tersebut merupakan waktu aurat, yakni waktu ketika badan
atau aurat orang dewasa banyak terbuka (Lihat: QS al-Ahzab [33]: 13). Jika
pendidikan semacam ini ditanamkan pada anak maka ia akan menjadi
anak yang
memiliki rasa sopan-santun dan etika yang luhur. 5. Mendidik menjaga kebersihan
alat kelamin. Mengajari anak untuk menjaga kebersihan alat kelamin selain agar
bersih dan sehat sekaligus juga mengajari anak tentang najis. Anak juga harus
dibiasakan untuk buang air pada tempatnya. Dengan cara ini akan terbentuk pada
diri anak sikap hati-hati, mandiri, mencintai kebersihan, mampu menguasai diri,
disiplin, dan sikap moral yang memperhatikan tentang etika sopan santun dalam
melakukan hajat.
5. Mengenalkan
mahramnya.
Tidak semua
perempuan berhak dinikahi oleh seorang laki-laki. Siapa saja perempuan yang
diharamkan dan yang dihalalkan telah ditentukan oleh syariat Islam. Ketentuan
ini harus diberikan pada anak agar ditaati. Didik anak agar menjaga pergaulan
sehariannya dengan selain wanita yang bukan mahramnya. Inilah salah satu
bahagian terpenting dikenalkannya kedudukan orang-orang yang haram dinikahi
dalam pendidikan seks anak. Dengan demikian dapat diketahui dengan tegas bahwa
Islam mengharamkan sumbang mahram. Allah Swt telah menjelaskan tentang siapa
mahram dalam surat an-Nisa (4) ayat 22-23.
6. Mendidik anak agar
selalu menjaga pandangan mata.
Telah
menjadi fitrah bagi setiap manusia untuk tertarik dengan lawan jenisnya. Namun,
jika fitrah tersebut dibiarkan bebas lepas tanpa kendali, justru hanya akan
merusak kehidupan manusia itu sendiri. Begitu pula dengan mata yang dibiarkan
melihat gambar-gambar atau filem yang mengandung unsur pornografi. Karena itu,
jauhkan anak-anak dari gambar, filem, atau bacaan yang mengandung unsur
pornografi dan pornoaksi.
7. Mendidik anak agar
tidak melakukan ikhtilât.
Ikhtilât
adalah bercampur-baurnya laki-laki dan perempuan bukan mahram tanpa adanya
keperluan yang dibolehkan oleh syariat Islam. Perbuatan semacam ini pada masa
sekarang sudah dianggap biasa. Mereka bebas berpandangan, saling berdekatan dan
bersentuhan; seolah tidak ada lagi batas yang ditentukan syariah yang mengatur
interaksi di antara mereka. Ikhtilât dilarang karena interaksi semacam ini
boleh menjadi penyebab kepada perbuatan zina yang diharamkan Islam. Kerana itu,
jangan biasakan anak diajak ke tempat-tempat yang di dalamnya terjadi
percampuran laki-laki dan perempuan secara bebas.
8. Mendidik anak agar
tidak melakukan khalwat.
Dinamakan
khalwat jika seorang laki-laki dan wanita bukan mahram-nya berada di suatu
tempat, hanya berdua saja. Biasanya mereka memilih tempat yang tersembunyi,
yang tidak boleh dilihat oleh orang lain. Sebagaimana ikhtilât, khalwat pun
merupakan perantara bagi terjadinya perbuatan zina. Anak-anak sejak kecil harus
diajari untuk menghindari perbuatan semacam ini. jika bermain, bermainlah
dengan sesama jenis. Jika dengan yang berlainan jenis, harus diingatkan untuk
tidak berkhalwat.
9. Mendidik etika
berhias.
Berhias,
jika tidak diatur secara islami, akan menjerumuskan seseorang pada perbuatan
dosa. Berhias bererti memperindah atau mempercantik diri agar berpenampilan
menawan. Tujuan pendidikan seks dalam kaitannya dengan etika berhias adalah
agar berhias tidak untuk perbuatan maksiat.
10. Ihtilâm dan haid.
Ihtilâm
adalah tanda anak laki-laki sudah mulai memasuki usia baligh. Adapun haid
dialami oleh anak perempuan. Mengenalkan anak tentang ihtilâm dan haid tidak
hanya sekadar untuk dapat memahami anak dari pendekatan fisiologis dan
psikologis semata. Jika terjadi ihtilâm dan haid, Islam telah mengatur beberapa
ketentuan yang berkaitan dengan masalah tersebut, antara lain kewajiban untuk
melakukan mandi. Yang paling penting, harus ditekankan bahwa kini mereka telah
menjadi Muslim dan Muslimah dewasa yang wajib terikat pada semua ketentuan
syariah. Ertinya, mereka harus diarahkan menjadi manusia yang bertanggung jawab
atas hidupnya sebagai hamba Allah yang taat. Itulah beberapa hal yang harus
diajarkan kepada anak berkaitan dengan pendidikan seks. Wallâhu a’lam bi
ashshawâb.
2.5 Pro Pendidikan Seks di Sekolah mempunyai pandangan :
- Pendidikan seks di sekolah-sekolah dapat membantu anak memahami dampak dari seks dalam kehidupan mereka. Hubungan seks bebas dapat diatasi dengan memberi dan memperluas cakrawala mereka tentang bahayanya.
- Hal ini juga dapat menjawab semua pertanyaan yang ada dibenak mereka tentang tubuh mereka yang berubah dan lonjakan hormonal.
- Anak-anak sering ingin tahu tentang jenis kelamin lawan jenis. Pendidikan seks di sekolah dapat membantu memberi pemahaman perbedaan dan menjaga keinginan untuk mengeksplorasi hal-hal untuk diri mereka sendiri.
- Pelecehan seksual terhadap anak adalah kejahatan sosial yang melanda ribuan anak di seluruh dunia. Pendidikan seks di sekolah dapat berperan aktif dalam mengendalikan peristiwa penganiayaan ini.
- Adalah jauh lebih baik untuk mengajarkan anak tentang seks di sekolah, bukan membiarkan mereka menggunakan sumber lain seperti materi pornografi dari internet. Hal ini penting karena sumber seperti internet memiliki sejumlah informasi yang mungkin menyesatkan dan menyebabkan informasi yang salah.
- Dengan masalah seperti kehamilan remaja dan penularan penyakit yang meningkat, dapat menyadarkan anak dari bahaya ini.
- Pendidikan seks di sekolah adalah wadah mengubah anak menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab. Oleh karena itu, pendidikan seks bisa membantu mereka memahami manfaat pantang seks bebas setidaknya menjadi anak yang lebih bertanggung jawab.
2.6 Kontra Pendidikan Seks di Sekolah
- Besar kemungkinan informasi yang diterima siswa pada usia dini tidak seperti yang diharapkan, artinya pemahaman mereka justru ke arah yang salah.
- Jika tidak diajarkan dengan benar, pendidikan seks di sekolah dapat menjadi masalah ejekan dan menjadi sesuatu yang selalu mengalihkan perhatian seluruh kelas ketika diajarkan.
- Fakta bahwa sebagian besar sekolah dalam pendidikan seks memperlakukan hal ini seperti kursus ekstrakurikuler dan bukan yang utama juga merupakan kontra utama.
- Sebagian besar guru yang diberi tugas untuk mengajar pendidikan seks untuk siswa tidak ahli dan tidak memiliki ide jelas tentang pendidikan seks itu sendiri. Hal ini bahkan lebih berbahaya karena informasi yang salah ini sangat mematikan.
- Pendidikan seks di sekolah mungkin bertentangan dengan ideologi keagamaan yang juga dianut di rumah anak. Ini menyebabkan perbedaan masalah mendasar ketika anak di rumah dan di sekolah, sementara seharusnya sekolah adalah rumah kedua mereka.
2.7 Qur’an dan Pendidikan
Seks
Surat Ath-Thaariq ayat 6 & 7 :
خُلِقَ مِنْ مَاءٍ دَافِقٍ (6) يَخْرُجُ مِنْ بَيْنِ
الصُّلْبِ وَالتَّرَائِبِ (7)
Artinya : "Maka henaklah manusia memperhatikan
dan apa ia diciptakan. Dia diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar
diantara bagian seksual daripada laki-laki dan perempuan.“
Surat Al-Baqarah ayat 187 :
أُحِلَّ
لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَىٰ نِسَائِكُمْ ۚ هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ
وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ ۗ عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ
كُنْتُمْ
تَخْتَانُونَ أَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْ ۖ فَالْآنَ
بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ
لَكُمْ
ۚ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ
الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ۖ ثُمَّ
أَتِمُّوا
الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ ۚ وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي
الْمَسَاجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ
فَلَا
تَقْرَبُوهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ آيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ
يَتَّقُون
Artinya : "Dihalalkan
bagi kamu pada malam hari puasa bercampur dengan istri-istri kamu; mereka itu
pakaian bagimu dan kamupun pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya
kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi
keringanan bagimu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang
ditetapkan Allah untukmu."
• Pendidikan seks adalah
membimbing serta mengasuh seseorang agar mengerti tentangarti, fungsi, dan
tujuan seks sehingga ia dapat menyalurkan secara baik, benar, dan legal.
• Pendidikan seks dapat di
bedakan antara lain:
• Sex Intruction ialah
penerangan mengenai anatomi seperti pertumbuhan rambut padaketiak, dan mengenai
biologi dari repoduksi, yaitu proses berkembang biak melaluihubungan untuk
mempertahankan jenisnya termasuk didalamnya pembinaan keluargadan metode
kontrasepsi dalam mencegah terjadinya kehamilan.
• Education in sexuality meliputi bidang bidang etika, moral, fisiologi, ekonomi,
danpengetahuan lainnya yang di butuhkan agar seseorang dapat memahami dirinya
sendirisebagai individual sexual serta mengadakan inter personal yang baik.
• Perbincangan tentang seks
senantiasa dikaitkan dengan persoalan aqidah, akhlak, menjauhi kemungkaran, dan
tidak mendatangkan kemudahratan terhadap orang lain. Sebagai contoh, Qur’an
telah menggambarkan institusi perkawinan sebagai sebuah institusi yang suci
yang mampu memberikan ketenangan dan kasih sayang, hal ini sesuai dengan firman
Allah SWT :
وَمِنْ آَيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا
لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي
ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
• Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
• Apabila membicarakan
perkara yang berkaitan dengan penyelewengan seks seperti zina, Allah SWT
menegaskan dalam Al-Qur’an :
• وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ
سَبِيلًا
Dan janganlah kamu
mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan
suatu jalan yang buruk.
• Apabila menyentuh
persoalan hubungan homoseksual seperti yang di kisahkah melalui kaum Nabi Luth
As, Allah SWT mengecam melalui dalil yang berbunyi :
• وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ
الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُمْ بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِنَ الْعَالَمِينَ () إِنَّكُمْ
لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُونِ النِّسَاءِ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ
مُسْرِفُونَ ()
• Dan (Kami juga telah
mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka:
“Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah (homoseksual) itu, yang belum
pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?. Sesungguhnya kamu
mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada
wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas
• Menurut sebagian ahli
dalam pendidikan seks, pendidikan seks dapat mulai diberikan ketika anak mulai
bertanya tentang seks dan kelengkapan jawaban biasa diberikan sesuai dengan
seberapa jauh keingintahuan mereka dan tahapan umur sang anak. Ada juga yang
berpendapat pendidikan seks dimulai sejak dini, karena pendidikan seks tidak
hanya mencakup pada pertanyaan dan jawaban belaka. Contoh pembiasaan akhlak
yang baik, penghargaan terhadap anggota tubuh, menanamkan rasa malu bila aurat
terlihat, dan lain sebagainya. Hal ini perlu ditanamkan sejak dini misalnya ;
• Memisahkan tempat tidur
antara anak perempuan dan laki-laki pada umur 10 tahun.
• Mengajarkan mereka
memintaizin ketika memasuki kamar orang tuanya terutama dalam tiga waktu,
• sesuai firman Allah SWT :
• يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِيَسْتَأْذِنْكُمُ
الَّذِينَ مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ وَالَّذِينَ لَمْ يَبْلُغُوا الْحُلُمَ مِنْكُمْ
ثَلَاثَ مَرَّاتٍ مِنْ قَبْلِ صَلَاةِ الْفَجْرِ وَحِينَ تَضَعُونَ ثِيَابَكُمْ
مِنَ الظَّهِيرَةِ وَمِنْ بَعْدِ صَلَاةِ الْعِشَاءِ ثَلَاثُ عَوْرَاتٍ لَكُمْ
لَيْسَ عَلَيْكُمْ وَلَا عَلَيْهِمْ جُنَاحٌ بَعْدَهُنَّ طَوَّافُونَ عَلَيْكُمْ
بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآَيَاتِ وَاللَّهُ
عَلِيمٌ حَكِيمٌ () وَإِذَا بَلَغَ الْأَطْفَالُ مِنْكُمُ الْحُلُمَ
فَلْيَسْتَأْذِنُوا كَمَا اسْتَأْذَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ كَذَلِكَ
يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آَيَاتِهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ ()
• Hai orang-orang yang
beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan
orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali
(dalam satu hari) yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan
pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya’. (Itulah) tiga
‘aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain
dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan)
kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi
kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan apabila anak-anakmu
telah sampai umur balig, maka hendaklah mereka meminta izin, seperti
orang-orang yang sebelum mereka meminta izin. Demikianlah Allah menjelaskan
ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan seks adalah
upaya pengajaran, penyadaran, dan penerangan tentang masalah-masalah seksual
yang diberikan kepada anak sejak ia mengerti masalah-masalah yang berkenaan
dengan seks, naluri,dan perkawinan. Dan pendidikan seks bagi remaja merupakan
hal yang penting, hal ini dimaksudkan untuk menhindarkan remaja dari
perbuatan-perbuatan zina yang diharamkan oleh agama Islam.
Peran utama dalam
pendidikan seks bagi remaja dipegang oleh orang tua, karena orang tua
bertanggung jawab atas perkembangan putra-putrinya agar tidak terjerumus dalam
lubang kenistaan. Adapun pendidikan seks dapat dilakukan dengan beberapa cara
yang secara globalnya yaitu memberikan pengertian seks bagi anak serta
memberikan pengertian batasan-batasan dalam bergaul, dan meningkatkan keimanan
anak kepada Allah swt.
DAFTAR PUSTAKA
Dzulkifli. 2009. Psikologi
Perkembangan. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung
Mappiare, Andi. 1982. Psikologi
Remaja. Usaha Nasional: Surabaya
Alim, Nur. 2011. Pendidikan
Seks Bagi Remaja Dalam Islam. http://zona-99.blogspot.com/2011/11/pendidikan-seks-bagi-remaja-menurut.html diakses pada tanggal 09 April 2012
Bee health. 2010. Pendidikan
Seks Bagi Remaja. http://www.bee-health.com/m/articles/view/Pendidikan-Seksual-Bagi-Remaja di akses pada tanggal 09 April 2012
LaskarCharles. 2011. Pendidikan
Seks Bagi Remaja Masa Sekarang Dan Pendidikan Seks Menurut Islam http://laskarcharles.wordpress.com/2011/06/15/pendidikan-seks-bagi-remaja-masa-sekarang-dan-pendidikan-seks-menurut-islam/ diakses pada tanggal 09 April 2012
Mujtahid. (2011). Pendidikan
Seks Bagi Remaja. http://www.uin-malang.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2477:pendidikan-seks-bagi-remaja&catid=35:artikel-dosen&Itemid=210 diakses pada tanggal 09 April 2012
Pratiwi, Niken
(2011). Pendidikan Sex Bagi Anak Dalam Islam. http://zillamoslem.multiply.com/journal/item/125/Pendidikan_Seks_Untuk_Anak_Dalam_Islam diakses pada tanggal 09 April 2012
Septi Diana. (2011). Pentingnya
Pendidikan Seks. http://belajarpsikologi.com/pentingnya-pendidikan-seks-sex-education/ diakses pada tanggal 09 April 2012
Tag :// Agama Islam