Posted by : Unknown
17 Nov 2013
FOTOMETER NYALA
I.
TUJUAN
PERCOBAAN
Setelah
melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menggunakan alat spektrofotometer nyala
2. Menganalisis cuplikan secara spektrofotometri nyala
II.
ALAT DAN BAHAN
YANG DIGUNAKAN
·
Alat yang
digunakan :
1. Alat Fotometer Nyala untukn Na dan K (seperangkat)
2. Tabung LPG (1)
3. Gelas kimia 100 ml (1)
4.
Gelas kimia 50
ml (1)
5. Labu takar 100 ml (1)
6.
Pipet ukur 10
ml (1)
7.
Bola karet (1)
8. Kertas saring (1)
·
Bahan yang
digunakan :
1. Larutan standar K
2. Aquadest
3.
Hydrococo
III.
DASAR TEORI
Sebuah fotometer nyala adalah alat yang digunakan
dalam analisis kimia anorganik untuk menentukan konsentrasi ion logam tertentu,
di antaranya natrium, kalium, lithium, dan kalsium.
Fotometri nyala adalah suatu metoda analisa yang
berdasarkan pada pengukuran besaran emisi sinar monokromatis spesifik
pada panjang gelombang tertentu yang di pancarkan oleh suatu logam alkali atau
alkali tanah pada saat berpijar dalam keadaan nyala dimana besaran ini
merupakan fungsi dari konsentrasi dari komponen logam tersebut.
Misalkan logam natrium menghasilkan pijaran warna
kuning, kalium memancarkan warna ungu seadngkan litium memancarkan sinar merah
bila dibakar dalam nyala. Hal inila telah dimanfaatkan untuk maksud
identifikasi unsur alkali tersebut.
Besaran intensitas sinar pancaran ini ternyata
sebanding dengan tingkat kandungan unsur dalam larutan, sehingga metoda flame
fotometer digunakan untuk tujuan kuantitatif dengan mengukur intensitasnya
secara relatif. Metoda ini menggunakan foto sel sebagai detektornya dan pada
kondisi yang sama digunakan gas propana atau elpiji sebagai pembakarnya untuk
membebaskan air sehingga yang tersisa hanyalah kandungan logam.
Fotometri nyala didasarkan pada kenyataan bahwa
sebagian besar unsur akan tereksitasi dalam suatu nyala pada suhu tertentu
serta memancarkan emisi radiasi untuk panjang gelombang tertentu. Eksitasi
terjadi bila lektron dari atom netral keluar dari orbitalnya ke orbital yang
klebih tinggi. Dan bila terjadi eksitasi atom,ion molekul akan kembali ke orbital
semula dan akan memancarkan cahaya pada panjang gelombang tertentu. Prinsip
dari fotometri nyala ini adalah pancaran cahaya elektron yang tereksitasi yng
kemudian kembali kekeadaan dasar.
Dipancarkannya warna sinar yang berbeda-beda atau
warna yang khas oleh tiap-tiap unsur adalah disebabkan oleh karena energi kalor
dari suatu nyala- nyala elektron dikulit paling luar dari unsur-unsur tersebut
tereksitasi dari tingkat dasar ke tingkat yang lebih tinggi, yang
dibolehkan.Pada waktu elektron-elektron tereksitasi kembali ke tingkat dasar,
akan diemisikan foton.
Oleh karena tingkat-tingkat energi eksitasi
tersebut adalah khas atau spesifik untuk suatu unsur logam tertentu,maka sinar
yang dipancarkan oleh suatu atom unsur logam tersebut adalah khas pula. Dasar
ini digunakan untuk analisa kualitatif unsur-unsur logam secara reaksi nyala.
Flame fotometer dibedakan atas dua yaitu :
•Filter flame fotometer
Hanya terbatas untuk analisa unsur Na,K dan Li
•Spektro flame fotometer
Digunakan untuk analisa unsur K,Ca,Mg,Sr,Ba dll.
Perbedaan alat ini terletak pada
monokromatornya,dimana alat pertama menggunakan filter sebagai monokromatornya
dan alat kedua yang berfungsi sebagai monokromatornya adalah pengatur panjang
gelombang.
Gangguan-gangguan dalam fotometri menurut sumber
dan filtratnya:
1. Gangguan Spectral
2. Gangguan dari sifat fisik larutan
3. Gangguan ionisasi
4. Gangguan dari anion-anion yang ada dalam larutan
logam.
Beberapa masalah yang ditemui dalam analisa
kuantitatif secara flame fotometri :
a.
Radiasi dari
unsur
Jika terdapat garis spektrum
yang berdekatan dengan garis spektrum. logam yang ditentukan sehingga memungkinkan
terjadinya interferensi.
b.
Penambahan
kation.
Dalam nyala tinggi,beberapa atom logam mungkin
terionisasi,misalnya :
Na↔ Na + e
Ion tersebut mempunyai spektrum emisi tersendiri dengan frekuensi-
frekuensi yang berbeda dari atomnya sehingga akan mengurangi tenaga radiasi
dari emisi atomnya.
c.
Interferensi
anion
Pada percobaan ini dilakukan
penentuan kadar logam natrium dan kalium dengan cara pengukuran intensitas
nyala masing-masing logam alkali tersebut. Karena intensitas nyala merupakan
fungsi dari konsentrasi atau kadar unsur dalam sampel.
IV.
PROSEDUR KERJA
1.
Menyambungkan selang gas LPG ke tabung LPG
2.
Memastikan tidak ada kebocoran gas LPG
3.
Menyalakan alat dengan menekan tombol MAIN ke atas
4.
Menyalakan air compressor dengan menekan tombol COMP ke atas
5.
Menekan tombol IGN dan tahan, sambil memutar tombol IGNITION pelan-pelan ke
arah kiri
6.
Melakukan
prosedur no.5 sambil melihat nyala api, jika nyala api sudah ada, memutar
tombol GAS VALUE ke kiri kurang lebih 6x putaran
7.
Pelan-pelan memutar
tombol IGNITION sampai api besar menyala
8.
Setelah api besar
menyala, memutar tombol IGNITION ke kanan sampai batas minimal tidak bisa
diputar lagi
9.
Mengatur nyala api dengan mengatur/memutar-mutar GAS VALUE. Nyala yang bagus
adalah nyala biru tanpa ada warna kuning atau merah
10.
Memasukkan blanko,
pilih range 1, 2, atau 3, mengatur jarum penunjuk ke posisi 0 dengan memutar
tombol O
11.
Memasukkan standar
10 ppm, mengatur jarum penunjuk supaya menunjukkan angka 100% dengan memutar
tombol 100%
12.
Menganalisis sampel dan mencatat skala pembacaan, membandingkan dengan skala
pembacaan standar 10 ppm, misalnya terbaca 13% artinya konsentrasi sampel
adalah 1,3 ppm
13.
Setiap
melakukan analisis 2 sampel, usahakan melakukan analisis blanko1x
14.
Mengulangi langkah no.11 setelah melakukan analisis sampel sebanyak 10 atau 15
15.
Setelah selesai
melakukan analisis sampel, melakukan analisis blanko selama 5 menit untuk
membersihkan sisa-sisa sampel dalam alat
16.
Mematikan nyala
api dengan memutar tombol GAS VALUE ke kanan sampai full
17.
Setelah api
mati, mematikan air compressor dengan menekan COMP, kemudian mematikan alat
dengan menekan MAIN
18.
Melepaskan sambungan LPG
Catatan:
1.
Larutan yang
akan dianalisis harus tidak mengandung endapan, jika ada endapan lakukan
penyaringan terlebih dahulu
2.
Jika pembacaan
sampel melebihi skala % (melebihi 100%) lakukan pengenceran sampel sampai
pembacaan di bawah 100%
V.
DATA PENGAMATAN
No.
|
Sampel
|
Pembacaan
sampel (%)
|
Konsentrasi
sampel (ppm)
|
Range
|
1
|
Blanko
|
0
|
0
|
2
|
2
|
Kalium
|
100
|
10
|
2
|
3
|
Hydrococo
|
3,7
|
0,37
|
2
|
VI.
PERHITUNGAN
1.
Pembuatan
larutan standar 10 ppm K 50 ml
M1 .V1 = M2 . V2
1000 ppm x V1 = 10 ppm x 50 ml
V1 = 0,5 ml
2.
Perhitungan
konsentrasi awal sampel
M2
= 0,370 ppm V2 = 50 ml V1 = 1,00 ml
·
Pengenceran
kedua :
M1 .V1 = M2 . V2
M1 x 1 ml = 0,37 ppm x 50
ml
M1 = 18,5 ppm
·
Pengenceran
pertama :
M1 .V1 = M2 . V2
M1 x 1 ml = 18,5 ppm x 50
ml
M1 = 925 ppm
Konsentrasi
awal sampel ialah 1080 ppm (pada kemasan) konsentrasi awal sampel berdasarkan pengukuran
instrument ialah 925 ppm.
%Error = [(1080 ppm - 925 ppm) : 1080 ppm] x 100 % = 14,35
VII.
ANALISA
PERCOBAAN
Pada percobaan yang berjudul “Fotometer Nyala” dapat dianalisa bahwa percobaan
ini menggunakan larutan induk kalium dengan konsentrasi 1000 ppm. Pada larutan
standar kalium konsentrasi 1000 ppm terlebih dahulu diencerkan menjadi 10 ppm
agar dapat diukur, karena konsentrasi yang terlalu besar tidak dapat terbaca
pada alat fotometer ini. Ditinjau dari jenis fotometer yang digunakan yaitu
filter flame fotometer sebab alat ini memang digunakan untuk menganalisa unsur
K, Na, Li.
Setelah itu dalam pengukuran nyala api meggunakan blanko (aquadest),
ternyata nyala api pada awalnya berwarna hijau kemudian setelah mengatur tombol
ignition warna berubah menjadi biru. Kemudian pada pengukuran menggunakan larutan
standar kalium 10 ppm didapatkan warna yang hampir sama dengan warna pengukuran
nyala blanko. Warna biru pada nyala larutan kalium 10 ppm itu disebabkan oleh
warna dasar larutan kalium yaitu ungu kebiru-biruan sehingga ketika warna
tersebut bergabung dengan warna nyala biru, warna dasar tadi tersamar menjadi
warna nyala biru. Kemudian perlu diingat ketika hendak mencelupkan larutan
standar maupun cuplikan. Larutan harus di homogenkan terlebih dahulu agar
ketika hendak menyesuaikan larutan standar menjadi 100%, jarum skala tersebut
stabil, tidak turun naik.
Kemudian dalam pengukuran sampel menggunakan hydrococo sebagai bahan
utamanya. Dengan konsentrasi 1000 ppm yang terdapat pada kemasan. Kemudian
setelah dilakukan pengukuran tanpa pengenceran didapatkan hasilnya bahwa jarum
skala itu melebihi dari 100% yang artinya hydrococo itu mengandung kalium yang
cukup besar sehingga harus diencerkan lagi. Pada akhirnya sampel hydrococo ini
harus diencerkan 2 kali. Pada pengenceran kedua menunjukkan 0,37 ppm dan
setelah dihitung ternyata larutan tersebut mengandung konsentrasi 925 ppm. Jadi
konsentrasi yang terdapat pada kemasan dari hasil pengukuran berbeda. Hal ini
wajar karena setiap prusahaan mungkin tidak menampilkan konsentrasi yang
sesungguhnya, bisa lebih besar bisa pula lebih kecil dari hasil pengukuran
secara praktek menggunakan fotometer nyala ini.
VIII.
KESIMPULAN
Dari percobaan dapat disimpulkan bahwa:
·
Konsentrasi
sampel hydrococo berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan sebesar 925 ppm
·
%Error
konsentrasi yang didapat dari hasil pengukuran dalam kemasan dibandinkan
dengan hasil pengukuran yang dilakukan sebesar 14,35 %
DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet.2012.”Penuntun Praktikum
Kimia Analitik Instrument”.Politeknik Negeri Sriwijaya:Palembang.
http://mahardika-duniaku.blogspot.com/2011/07/fotometer-nyala.html (Diakses tanggal 29 Maret 2012).
http://www.scribd.com/doc/64647937/FOTOMETER-NYALA (Diakses tanggal 29 Maret 2012).