Posted by : Unknown
7 Mar 2014
SOLIDIFIKASI
I.
Tujuan
Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa dapat
melakukan proses solidifikasi limbah berbahaya agar kontaminan dalam terlarut
dalam larut atau terekstrak kembali ke air dan tidak menyebar ke lingkungan.
II.
Alat
dan Bahan
·
Alat yang digunakan
1.
Pengaduk
2.
Buret
3.
Gelas Kimia
4.
Gelas Ukur
5.
Pipet Ukur
6.
Bola Karet
7.
Pipet Tetes
8.
Botol Plastik
9.
Erlenmeyer
10.
Spatula
11.
Corong
·
Bahan yang digunakan
1.
FeSO4
2.
Semen
3.
Fly Ash
4.
KMnO4
III.
Dasar
Teori
Solidifikasi adalah proses pemadatan limbah berbahaya
sedimikian rupa sehingga mempunyai sifat fisik, kimia yang stabil sehingga aman
untuk penanganan. Proses selanjutnya mulai pengangkutan, penyimpanan, sementara sampai penyimpanan
lestarr. Bahan yang dapat digunakan untuk proses solidifikasi adalah semen,
semen fly ash.
Solidifikasi merupakan teknik pengolahan dengan
menggunakan pencampuran antara limbah dengan agen solidifikasi. Keuntungan dari
metode solidifikasi adalah mencegah disperse partikel kasar dan cairan selama
penanganan, meminimalkan keluarnya radionuklida dan bahan berbahya setelah
pembuangan serta mengurangi paparan potensial (pemecahan jangka panjang).
Beberapa properti yang harus diperhatikan dalam solidifikasi antara lain:
kemampuan leaching, stabilitas kimia, uji kuat tekan, ketahanan
radiasi, biodegradasi, stabilitas termal dan kelarutan (Brownstein, xxxx).
Beberapa bahan yang digunakan sebagai agen dalam solidifikasi yaitu semen,
kaca, termoplastik dan thermosetting.
Mekanisme solidifikasi dengan menggunakan
semen. Selama absorbsi air, senyawa mineral terhidrasi membentuk substansi
dispersi koloid yang disebut “sol”. Sol tersebut kemudian di koagulasi dan
dipresipitasi (pengkondisian akhir). Gel yang terbentuk
kemudian dikristalisasi.
Tabel.
Keuntungan dan Kerugian Solidifikasi menggunakan Semen
Keuntungan
|
Kerugian
|
material dan teknologinya mudah dijangkau
|
peningkatan volume dan densitas yang tinggi
for shipping dan disposal
|
sesuai dengan berbagai jenis limbah
|
dapat mengalami keretakan apabila terekspos
dengan air
|
biaya sedikit
|
|
produk sememntasi bersifat stabil terhadap
bahan kimia dan biokimia
|
|
produk sementasi tidak mudah terbakar dan
memiliki kestabilan temperature yang baik
|
Komposisi bitumen merupakan campuran
hidrokarbon dengan berat molekul tinggi. Dua komponen utama terdiri dari
senyawa Asphaltene dan senyawa Malthene. Beberapa jenis bitumen antara lain
straight run distillation asphalts, oxidized asphalts, craked asphalts dan
emulsified asphalts.
Tabel.
Keuntungan dan Kerugian Solidifikasi menggunakan Bitumen
Keuntungan
|
Kerugian
|
material dan teknologinya mudah dijangkau
|
dapat terbakar
|
tidak larut dalam air
|
proses memerlukan peningkatan temperature
|
beban kapasitas limbah yang tinggi
|
adanya endapan partikulat selama pendinginan
|
biaya sedikit
|
kemungkinan adanya reaksi kimia
|
kemampuan pencampuran yang baik
|
Secara umum
stabilisasi didefinisikan sebagai proses pencampuran bahan berbahaya dengan
bahan tambahan (aditif) dengan tujuan untuk menurunkan laju migrasi dan
toksisitas bahan berbahaya tersebut. Sedangkan solidifikasi didefinisikan
sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya dengan penambahan aditif. Kedua
proses tersebut seringkali terkait sehingga sering dianggap mempunyai arti yang
sama (Roger Spence and Caijun Shi, 2006).
Prinsip kerja
stabilisasi/solidifikasi adalah pengubahan watak fisik dan kimiawi bahan
berbahaya (limbah B-3) dengan cara penambahan senyawa pengikat sehingga
pergerakan senyawa-senyawa B-3 dapat dihambat atau terbatasi dan membentuk
ikatan massa monolit dengan struktur yang kekar (massive). Proses
stabilisasi/solidifikasi berdasarkan mekanismenya dapat dibagi menjadi 6
golongan, yaitu :
- Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah dibungkus dalam matriks struktur yang besar;
- Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi bahan pencemar terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada tingkat mikroskopik;
- Precipitation;
- Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia pada bahan pemadat melalui mekanisme adsorpsi;
- Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan menyerapkannya ke bahan pemadat;
- Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi senyawa lain yang tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang sama sekali.
Menurut Roger
Spence and Caijun Shi (2006), tata cara kerja stabilisasi/ solidifikasi :
- Limbah B-3 sebelum distabilisasi/solidifikasi harus dianalisis karakteristik-nya guna menentukan jenis stabillisasi/solidifikasi yang diperlukan terhadap limbah B-3 tersebut;
- Setelah dilakukan stabilisasi/solidifikasi, terhadap hasil olahan tersebut selanjutnya dilakukan uji kuat tekan (Compressive Strenghth) dengan Soil Penetrometer Test. Hasil uji tekan harus mempunyai nilai tekanan minimum sebesar 10 ton/m².
- Kemudian dilakukan uji TCLP untuk mengukur kadar/konsentrasi parameter dalam lindi. Hasil uji TCLP sebagaimana dimaksud, kadarnya tidak boleh melewati nilai ambang batas sebagaimana ditetapkan.
- Hasil olahan yang telah memenuhi persyaratan kadar TCLP dan nilai uji kuat tekan,disamping bisa dibuang ke landfill juga dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi. Produk solidifikasi biasanya berupa blok monolitik, material berbasis lempung, granular, dan bentuk fisik lain yang berupa padatan.
Solidifikasi Limbah
Pembuangan
limbah padat menjadi isu utama dikarenakan potensinya untuk
mengkontaminasi air permukaan dan air tanah dengan kontaminan berupa arsenik,
boron, logam berat, anion sulfat, dsb. Pengolahan yang aman terhadap limbah
padat dengan mengutamakan perlindungan terhadap pencemaran air permukaan dan
air tanah merupakan hal penting (Marinkovic et al., 2003).
Solidifikasi/stabilisasi
merupakan teknik yang secara luas diterapkan untu remediasi limbah yang
mengandung konstituen berbahaya. Pengolahan ini mencegah migrasi/penyebaran
konstituen berbahaya ke lingkungan. Solidifikasi (transformasi lumpur
semi-liquid menjadi bentuk solid/padat) mengarah pada perubahan karakteristik
fisik limbah. Pengolahan ini mencakup peningkatan kekuatan kompresi, penurunan
permeabilitas, dan enkapsulasi konstituen berbahaya (Marinkovic et al., 2003). Pengolahan
limbah secara solidifikasi dapat diterapkan pada berbagai bentuk limbah, yaitu
lumpur, solid, liquid, drainase tambang, dan pupuk. Solidifikasi digunakan
untuk mengubah limbah menjadi bentuk fisik yang sesuai dan tahan yang lebih
kompatibel untuk penyimpanan, landfill, atau reuse yaitu bentuk padat yang
memiliki interitas tinggi. Bentuk ini dapat diperoleh dengan atau tanpa fiksasi
kimiawi (Goni et al., 2009; Meegoda et al.,2003;
Mater et al., 2006; Mijno et al., 2007,
Jun et al., 2005). Solidifikasi menciptakan barrier antara
komponen limbah dan lingkungan dengan mereduksi permeabilitas limbah danatau
mengurangi luas area permukaan yang efektif untuk difusi (Meegoda et
al., 2003). Penelitian dari Andres et al. (2009)
menyebutkan bahwa anhydrite dapat mengimobilisasi logam berat pada sludge yang
mengandung logam berat sebanyak 90% sehingga aman untuk landfill.
Salah
satu bahan yang digunakan dalam solidifikasi limbah adalah fly ash. Penambahan
fly ash dapat meningkatkan kekuatan ikatan pada limbah, workability, buffering
capacity, dan heavy metal leachability. Penambahan fly ash secara efektif
mengimobilisasi tiga jenis logam berat Pb, Cr3+, dan Cr6+.
Imobilisasi tetap terjadi secara efektif walaupun pH pada saat penambahan
bersifat asam atau basa (Dermatas dan Meng, 2003). Pada penelitian yang
dilakukan oleh Marinkovic et al. (2003), solidifikasi dapat
dilakukan dengan menggunakan fly ash-FGD gypsum-lime-water dan
fly ash-calcined FGD gypsum dapat digunakan sebagai proses solidifikasi. Sistem
ini meningkatkan kekuatan kompresi (0.34 MPa). Pada limbah yang mengandung
kromium dibawah batas yang ditentukan EPA, rasio komposisi limbah dengan fly
ash tidak berpengaruh secara signifikan (Parsal et al., 1996).
Teknik ini menghasilkan limbah yang tersolidifikasi sehingga menghindarkan
penyebaran konstituen pada air permukaan atau air tanah. Karbonasi dengan
menggunakan fly ash dan kapur juga efektif dalam solidifikasi limbah organik
dan inorganik (Swarnalatha et al., 2006). Penelitian yang dilakukan
oleh Arce et al. (2010) membuktikan bahwa karbonasi
menggunakan fly ash menghasilkan stabilisasi Ba yang efektif, sedangkan untuk
Cl-, SO42-, dan F-karbonasi dengan
fly ash dapat mensolidifikasi setengah dari kandungannya pada limbah, dan untuk
DOC (dissolved organic carbon) memerlukan waktu retensi yang lama untuk
mengoptimalkan solidifikasi. Selain itu fly ash juga dapat digunakan pada
solidifikasi dengan teknik geopolimer. Penelitian solidifikasi dengan
menggunakan fly ash dengan teknik geoplimerisasi telah dilakukan oleh
Galiano et al. (2011) dengan menggunakan reagen yaitu
sodiumhydroxide, potassiumhydroxide, sodiumsilicate, potassium silicate,
kaolin, metakaolin dan ground blast furnace slag. Penelitian ini dilakukan pada
limbah yang mengandung logam berat yaitu Pb, Cd, Cr, Zn, dan Ba dengan hasilnya
solidifikasi yaitu kekuatan kompresi mencapai 1-9 MPa sehingga imobilisasi
logam berat sangan efektif.
Cement
based technology merupakan salah satu taknik dari solidifikasi yang menggunakan
batu kapur, tanah liat, atau materi silika yang dicampur pada suhu tinggi
(Meegoda et al., 2003). Salah satu contoh penerapan teknik ini
yaitu dalam pengolahan limbah yang mengandung logam berat seperti penelitian
yang telah dilakukan oleh Anastasiadou et al. (2012) yang
menggunakan fly ash kemudian dilakukan sementasi. Limbah yang diolah mengandung
logam berat Cr, Fe, Ni, Cu, Cd dan Ba. Dengan menggunakan teknik sementasi ini
hasilnya aman untuk landfill atau digunakan sebagai material konstruksi karena
pengikatan logam berat yang cukup kuat sehingga tidak mudah terlepas ke
lingkungan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Coz et al. (2009)
menunjukkan bahwa pencampuran sodium silicate pada materi semen dapat meningkatkan
leachabilitas logam berat terutama Zn, dengan konsentrasi silikat 5-25%
menghasilkan leachabilitas yang optimum pada materi semen. Voglar dan Lestan
(2010) menyatakan bahwa sementasi dapat diterapkan untuk solidifikasi berbagai
jenis logam berat yaitu Cd, Pb, Zn, Cu, Ni dan As . pada penelitian
mereka selanjutnya, Voglar dan Lestan (2011) menyatakan dalam jurnalnya bahwa
formula solidifikasi paling efisien yaitu semen kalsium aluminat ditambah
dengan acrylic polymer akrimal menghasilkan materi yang dapat mengikat sangat
kuat terhadap logam berat antara lain Cd, Pb, Zn, Cu, Ni dan As
sehingga materi tersebut dapat digunakan untuk landfill atau landcover.
Kalsium
sangat berperan dalam teknik sementasi, jenis kalsium yang sering digunakan
antara lain Calcium Silicate Hydrate, Calcium Hydroxide, Calcium
Sulfoaluminate (Meegoda et al., 2003). Kalsium berperan
penting dalam teknik sementasi. Sementasi baik yang menggunakan Portlan cement
(PC) atau cement kiln dust (CDK) memanfaatkan ikatan yang terbentuk antara Ca
dengan As(III) dan As(V) untuk mengimobilisasi logam arsenit tersebut
(Yoon et al., 2010). Penelitian dari Qian et
al., (2008) membuktikan bahwa teknik sementasi dapat
mengimobilisasi logam berat, terutama logam berat Zn dan Pb. Pada penelitian
ini proses solidifikasi dilakukan dengan menggunakan fly ash dan calcium
sulfoaluminate cement matrix sehingga imobilisasi logam berat yang efektif
matrix semen. Ketidakadaan kalsium dalam materi dapat menurunkan pengikatan
logam berat pada semen, atau yang disebut dengan dekalsifikasi materi semen,
dapat menurunkan luasan area pengikatan logam berat (Laforest dan Duchesne,
2007).
Komponen
organik pada limbah berpengaruh pada containment dan karakteristik kekuatan
pada limbah hasil solidifikasi. Kandungan minyak dan fenol dalam limbah
mengganggu kekuatan dan durabilitas sistem pengikatan pada solidifikasi
(Minocha et al., 2003). Kandungan bahan organik juga berpengaruh
pada lama waktu hidrasi pada semen. Penelitian Zhang et al. (2008)
menunjukkan bahwa keberadaan sukrosa dan sorbitol pada limbah yaitu semakin
mempercepat hidrasi semen, keberadaan sukrosa atau sorbitol juga mengurangi
leachabilitas semen terhadap Pb. Semakin besar kandungan bahan organik (fenol)
pada limbah maka dibutuhkan konsentrasi materi semen yang tinggi untuk
mendapatkan hasil solidifikasi yang cukup (Vipulanandan dan Krishnan, 1990).
Komponen organik ini dapat dihilangkan dengan cara pembakaran pada suhu 800oC
(Swranalatha et al.,2006). Cara lain yaitu dengan menggunakan
reactivated carbon yang memiliki daya serap tinggi terhadap fenol (Arafat et
al., 1999).
Tingkat kekerasan materi semen juga berpengaruh pada kemampuan
mengimobilisasi logam berat. Sala satu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan
tingkat kekerasan semen adalh dengan menambahkan 2-chloroaniline yang berfungsi
untuk mempermudah penghilangan air dari tanah liat yang merupakan materi semen
(Botta et al., 2004). Selain itu materi semen juga harus
diperhatikan dalam teknik solidifikasi. Pada penelitian Mohamed dan Gamal
(2011) disebutkan bahwa cement kiln dust kurang direkomendasikan untuk
solidifikasi karena tidak stabil secara kimiawi yang kemampuan mengikat logam
beratnya kurang. Permeabilitas terhadap oksigen juga penting karena
menggambarkan kualitas fisik material limbah hasil solidifikasi (Poon et
al., 1986).
IV.
Langkah
Kerja
1. Tahap
awal dilakukan pencampuran antara FeSO4 kedalam 100ml air sebagai
limbah artificialnya.
2. Menambahakan
100ml air pada larutan diatas jadikan sampel 100ml
sebagai sampel 1 letakkan di gelas plastik bekas, lalu ambil 25ml untuk analisa
Fe awal.
3. Sisa
100ml tambahkan air 100ml untuk pengenceran kedua jadikan sampel 100 ml sebagai
sampel 2 letakkan di gelas plastik bekas, lalu ambil 25 ml untuk analisa Fe.
4. Sisa
100 ml tambahkan air 100 ml untuk pengenceran ketiga jadikan sampel 100 ml
sebagai sampel 3 letakkan di gelas plastik bekas, lalu ambil 25 ml untuk
analisa Fe.
5. Setelah
disiapkan 4 sampel tadi tambahkan semen dengan cara menimbang langsung ke dalam
gelas plastik yang berisi sampel sampai terbentuk campuran semen yang kemudian
dikeringkan di udara terbuka.
6. Setelah
keras semen tersebut tambahkan air 30-40 ml tunggu selama 1-2 jam. Lalu ambil
airnya dan titrasi kadar Fe-nya masing-masing.